Pages

27.1.13

When Galau Make You Feel Bad

Hi, teens. Gimana semangatnya? Masih bagus?

Tadi pagi ada temenku yang curhat ke aku perkara cowok. Jadi cowok yang dia taksir itu ternyata nggak suka dia. Dia juga baru tahu setelah cowok itu jadian sama seorang cewek yang juga adik kelasku.

Ada lagi yang cerita kalau dia belum bisa ngelupain mantannya yang jelas-jelas sudah bohongin dia sampai ke ubun-ubun. Jelas banget tuh cowok udah selingkuh sama sahabatnya sendiri. Pas aku bilang, “Udah ikhlasin aja. Silakan kamu jatuh cinta lagi,” dia malah bilang. “Aku nggak yakin aku bisa jatuh cinta lagi.”

Lain lagi sama yang ini. Dia suka sama cowok, tapi nggak pernah punya keberanian buat mengungkapkan perasaannya. Alasannya simpel: dia takut ditolak!! Waleh... Nih cemen namanya.

Ada juga nih yang lebih lucu. Udah lama banget suka sama cowok, tapi dia belum tahu tuh cowok suka sama dia atau nggak. Kasus ini menimpa aku loh *curhat dikit*

This is my story!! Aku juga suka sama cowok (sangatlah tidak normal kalau aku nggak suka cowok saat usiaku sudah 15 tahun!!) Bedanya aku sama temen-temenku hanya satu: mereka terlalu memikirkan sakit hatinya mereka dan merasa galau, sementara aku nggak!

Galau! Kata ini sudah sangat populer sekarang. Dikit-dikit bilang galau, dikit-dikit bilang bimbang. Apaan sih galau itu? Aku nggak mau kasih definisi galau berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, ya. Tapi berdasarkan aku sendiri, galau adalah bimbang, gelisah, gundah, dan hal-hal sejenis lainnya.


Jadi kalau kita sambungkan sama kasus anak muda jaman sekarang (yang aku garisbawahi adalah perkara cinta remaja), galau kali ini bukan disebabkan karena masalah keluarga atau sekolah, tapi masalah pacar. Sakit hati karena putus, perasaan tergantung oleh orang yang dipuja, sampai cinta yang bertepuk sebelah tangan. Semuanya bikin galau sekarang!

Tiap kali buka twitter diatas jam sebelas malam, pemandanganku selalu sama. Timeline dipenuhi sama orang-orang yang cintanya tidak terbalaskan, berebut sudut untuk mencurahkan tragisnya kisah cinta mereka—yang rata-rata cintanya sudah terbuang oleh orang yang dipuja. Mulai dari quotes cinta, curhatan nggak jelas, sampai lirik lagu galau yang nggak jelas juga.

Pertama membaca, aku pikir mereka adalah orang yang teraniyaya karena cinta. Kasihan banget gitu... Tapi lama-lama aku mulai merasa ada yang dilebih-lebihkan.

Putus cinta itu hal yang lumrah dialami remaja. Aku bilang seperti ini karena sebagai remaja aku juga pernah patah hati—bukan putus cinta karena aku belum pernah menjalin hubungan cinta J.  Banyak seniman dapat inspirasi segar saat mereka lagi putus cinta. Taylor Swift, Lady Gaga, sampai Adam Levine yang nulis lagu saat galau.

Galau itu nikmat! Berkali-kali aku bikin kata-kata itu untuk status facebook. Sedih, bikin nangis, tapi semua pasti setuju kalau galau itu bikin ketagihan! Kenapa? Pas galau berarti kita lagi bimbang dan bingung. Akhirnya kita berusaha bikin fantasi-fantasi tentang segala kemungkinan yang bisa jadi jalan keluar atas alasan kita galau itu. Namanya juga manusia, berfantasi adalah hal yang bikin ketagihan!

Wajarlah galau karena dia yang kita cintai. Saat ia jauh dan kita nggak bisa melihatnya, kita galau. Saat ia tak juga mengirim SMS atau nge-BBM, kita galau. Saat tingkahnya aneh, kita galau. Intinya, galau bagi remaja adalah bukan hal aneh alias wajar! Yang nggak wajar adalah kalau kita menganggap kebahagian kita hilang seiring hilangnya dia, atau kalau kita menganggap kita nggak bakal bisa mencintai orang lain seperti kita mencintai dia. Hellooooo, jodoh nggak bakal kemana. Walaupun itu quotes lama, tapi aku tahu itu benar!

Wake up and let’s move on, Teens!!! Berharap sama seseorang itu boleh. Yang nggak boleh adalah kita terus berpikir kalau mereka juga memikirkan kita disaat kenyataan mengatakan hal yang berbeda. Jangan hanya berendam di kubangan kesedihan saat ia pergi meninggalkan kita atau karena ia sudah jarang kelihatan. Belum tentu ia memikirkan kita sesering kita memikirkan dia!

Coba pikirkan secara rasional dan realistis! Kalau dia memikirkan kita—atau minimal peduli dengan kita—ia akan memberikan kita kabar dan menanyakan kabar kita, bukan pergi seolah tak pernah terjadi apa-apa.

Silakan galau saat kalian mengalami masalah cinta, tapi nggak perlu sampai berlarut-larut. Galau itu memang nikmat, tapi kalau berlebihan hanya akan menjadi racun bagi hati kita. Mario Teguh bilang, kalau kalian sakit cinta, jangan pernah melupakan orang yang membuat kalian sakit. Karena dalam proses melupakan, kalian harus mengingat terlebih dahulu. Alternatifnya adalah mengikhlaskan mereka dan jatuh cinta lagi.

Biar aku curhat sedikit disini. Aku suka sama cowok. Namanya nggak aku sebutkan, ya... Takutnya dia baca tulisan ini... Jadi kita sering bareng-bareng. Kata orang jawa itu “witing tresna jalaran saka kulina”. Artinya: cinta itu tumbuh dari kebiasaan. Bener sih, aku sama dia emang terbiasa bareng. Cuma dia itu anaknya susah ditebak. Sikapnya ke aku biasa aja. Tapi kadang ada saat-saat dimana dia bikin aku kayak melayang di udara gitu. Pokoknya dia memang bikin aku bingung karena sikapnya. Temen-temennya sih bilang dia juga suka sama aku, tapi jelas dong aku nggak percaya sebelum dia sendiri yang bilang.

Nah, kenapa aku nggak pernah bilang aku suka dia alias nembak? Memang cinta itu harus diutarakan sebelum membusuk tidak terpakai. Tapi semua kembali pada prinsip masing-masing. Aku ini agak primitif, bagiku yang harusnya nembak itu cowok *iya, aku old lady banget*! Jadi aku pengen cowok yang berjuang buat aku. Tapi gimana aku menyikapi sikapnya dia yang bikin aku ngelayang nggak karuan itu? Being myself. Aku anaknya agak nggak ngeh sama urusan cinta—biasanya aku bisa memberikan saran cinta kepada temen, tapi nggak bisa mengaplikasikannya pada kehidupan cintaku sendiri. Hufh. Jadi caraku menyikapinya adalah dengan bersikap biasa-biasa aja.

Siapapun termasuk kita behak mencintai dan dicintai. Ayo, cari orang itu!! Jangan kelewatan galaunya.

Regards,
Mel