Pages

29.1.13

What I Call With Something Boring

Oke, aku lagi belajar buat ujian Biologi besok.

Bahannya tentang biodiversity. Sebenernya gampang, tapi nggak tahu kenapa bisa jadi susah amat pas ketemu soal.

Kebetulan aku lagi pengen ngepost, jadi ya udah aku bikin post walaupun geje setengah mati..

You guys, kalau nggak ujian besok adalah probadi yang beruntung..

Udah malem. Nggak tahu mau nulis apa lagi.

27.1.13

How to be The-Real-Popular-Person



Hola, All...

*post ini bukan bersifat mengguri, mamen*
Pada postingan sebelum ini, aku sempat membahas tentang pengaruh teman terhadap kehidupan kita. You guys, sudah pada tahu temen yang seperti apa yang bisa membangun kita jadi pribadi yang lebih baik. Nah, postingan ini cuma penambah aja, sekedar untuk pengetahuan bagi kalian yang: punya teman yang membawa pengaruh buruk dan pengen punya temen yang membawa pengaruh positif, tapi nggak tahu cara dan terlalu nggak pede.


Menjalin pertemanan bisa sangat menakutkan. Yeah, I know it...
Pada masa-masa SD-ku, untuk menjalin pertemanan baru itu susah banget. Selalu ada pikiran seperti, “Apa mereka suka sama aku? Apa mereka mau menerimaku? Apa aku nggak terlalu aneh?” dan banyak hal demikian yang rasanya membebani. Alhasil, pada akhirnya aku hanya diem, nggak berani ngajak ngomong, bahkan aku nggak senyum karena takut mereka nggak balas tersenyum.
But the fact, this world is like a mirror. Apa yang kita lakukan bakal terpantul sendiri ke kita, seperti saat kita bercermin.
Kalau kita senyum, 90% orang lain bakal membalas senyum kita. 10% yang nggak membalas senyum itu adalah orang yang bermasalah. That’s the point of this post. Mirror.
Intinya, memulai pertemanan itu nggak sulit. Let me tell you how.
Pegang prinsip yang sama, tentang cermin. Bersikap ramah, murah senyum dan peduli pada orang lain bakal membawa pengaruh besar bagi orang-orang di sekitar kita. Here, kalau kalian takut sama orang lain (apalagi ketakutan-ketakutan kecil kayak yang diatas), semua orang malah ikutan takut ke kalian. Seriusan deh...
Coba buat list sifat-sifat yang kalian nggak suka, lalu buat list tentang sifat-sifat yang sebaliknya, yang kalian suka. Nah, kalau kalian sendiri sudah tahu sifat-sifat seperti apa yang kalian nggak suka, kalian secara otomatis akan membuat diri kalian sendiri nggak bersifat kayak gitu.
I give you something to read. Achtung (Jerman, perhatikan!)
Pertama, senyum!!
Semudah kalian membacanya. Seulas senyum membuat kalian ribuan kali lebih ramah, cantik, ganteng, dan pede. Yakin deh semua orang bakal suka sama kalian.
Kedua, Belajar untuk mendengarkan.
The truth is, orang yang populer bukan orang yang pinter ngomong. Memang sih rata-rata siswa populer di sekolah adalah si pemenang lomba debat, pidato, aktif di kelas (suka tanya ke guru), dan supel. Yang semua orang nggak tahu adalah, anak populer itu anak yang bisa menjadi pendengar yang baik. Gimana jadi pendengar yang baik? This is my job for years. Tanyakan pertanyaan yang tepat (sesuai dengan kondisi dan lawan bicara), jaga kontak mata dengan lawan bicara (jangan sampai kita kelihatan nyuekin mereka), dan yang paling penting, respon dengan anggukan dan kata-kata (jangan hanya diem kayak patung).
Ketiga, cari kesamaan!
Sesuai pengalaman sendiri, nih. Aku lebih deket sama temen ekskul yang rata-rata punya hobi yang sama daripada sama temen sekelas (walaupun sama temen sekelas aku ketemu tiap hari, loh). Selain itu, aku lebih deket sama orang yang punya cita-cita sama, style sama, dan hal-hal sama lainnya. Selain lebih deket, kita lebih nyaman satu sama lain dan saling ngerti. Coba deh cari temen yang punya banyak kesamaan dengan kita.
Keempat, menghargai pikiran dan perasaan orang lain.
Orang populer selalu menghargai pikiran dan perasaan orang lain. Kalau ada yang bilang Justin Bieber itu jelek (nih pasti orang buta nih *peace, gue belum populer*), ada baiknya kita hargai pendapat mereka dengan mendengarkan saja (ingat, orang populer itu pendengar yang baik). Kamu nggak bakal menang dengan bertengkar. Meskipun apa yang kamu perdebatkan itu hal yang benar, kamu hanya kehilangan respek dari temanmu.
The last, guys, Beri pujian yang tulus.
Kita semua haus pujian. Kita juga. Kalau ada sesuatu yang bagus, beri pujian yang tulus dan jangan dibuat-buat. Kalau sesuatu itu jelek, diem aja deh mendingan.
And then, find your best best friend. Kalau teman sejati ini, aku rasa hanya kalian yang bisa menentukan ekspektasi kalian sendiri. Find your own, ya...

Regards,
Mel 

Your Friends and Your Life


Lumayan jarang aku nulis sesuatu tentang pertemanan. Baru-baru ini aja, ketika aku udah masuk dunia SMA yang absurd bukan main, aku sadar gunanya temen itu buanyak banget (ditambah dengan ilmu sosiologi yang baru setengah tahun di dapat).

Here we are. I told you the fact!

We need friends, right? Aku butuh teman. Bagiku temen itu penting banget. Sadar nggak sadar, temen punya peran besar dalam hidupku. Temen sebangku itu temen sehati, kata Wakasek Kurikulum di sekolah. Iya. Temen sebangkuku selama ini, sepanjang eksistensiku di sekolah, adalah temen sehati yang solid abis. Kemana-mana bareng, ngapa-ngapain bareng. Pokoknya nggak terhitung berapa banyak hal yang kita lakukan bareng-bareng.


Kesimpulannya, kita butuh temen yang andilnya besar banget dalam hidup kita.

Sebelum postingan ini, aku pernah mosting tentang buku yang keren banget, judulnya Secrets of Succesful Teens. Ada salah satu bab yang menjelaskan pentingnya temen dan apa hubungannya dengan kehidupan kita. Dulu, jauh sebelum baca buku ini, aku sudah pernah dengar masalah-masalah yang mungkin aja timbul karena teman kita. Ternyata, ada buku yang membahas tentang ini.

Apa sih pengaruhnya teman buat kita? Well, kalau menurutku pribadi, teman itu mempengaruhi kita karena kita sendiri. Loh? Iya. Apa yang dilakukan teman cenderung kita lakukan juga. Kenapa? Karena biasanya kita ingin terlihat normal di sebuah kelompok tertentu. Kita melakukan hal-hal yang ‘normal’ dilakukan kelompok yang kita ikuti. Kalau kita nggak melakukannya, kita akan terlihat aneh dan ditolak, satu-satunya hal yang sebenarnya kita hindari.

Ada satu kenyataan yang lucu sekali. Mamaku pernah beli kepiting, dua kali di waktu yang berbeda. Yang pertama mama cuma beli satu kepiting buat percobaan adikku di sekolah. Waktu kepiting itu ditaruh di ember, dia berhasil keluar sebelum mamaku ngikat dia pakai tali. Kedua mama beli kepiting banyak dan ditaruh di ember semua. Fakta yang berbeda, nggak ada satu pun kepiting yang keluar dari ember. Tiap kali ada yang merangkak keluar, kepiting lain akan menarik kepiting yang merangkak keluar, jadi nggak ada yang bisa bebas.

Dari cerita di atas, ada nggak yang bisa nangkep maksudnya? Satu kepiting bisa bebas dan sukses, tapi temen-temennya malah menarik dia kembali ke ember dan menjauhkannya dari kebebasan. Seperti itulah kita dan teman-teman kita.

Pengaruh teman seperti ini, yang berbau dan negatif dan membuat kita jauh dari kebebasan dan aura positif kita sebut sebagai tekanan teman sebaya. Pernah nggak mengalami yang seperti ini? Aku pernah. Dari sekian banyak hal-hal yang nggak ingin aku lakukan, ada beberapa bagian yang justru datang dari teman sepermainan dan aku melakukannya! Misalnya nyontek, nggak ngerjain PR, nggak belajar, atau hal-hal lumrah lainnya yang sering kita lakukan dan kita tahu itu nggak benar.

Here’s the Ben’s story.

Ben itu anak yang pintar, pandai, ganteng, dan friendly sekali. Sayangnya, Ben berteman dengan geng motor, anak-anak yang hobi merokok dan melakukan hal-hal buruk lainnya. Kebayang kan jadinya gimana. Lama-lama Ben ikut ngerokok, nyontek, nggak belajar, pulang malam, dan hal-hal lain yang wajar aja dilakukan di kelompoknya.

Suatu malam, Ben ikutan nyuri di sebuah rumah karena teman-temannya melakukan hal yang sama. Atas dasar setia kawan dan solidaritas, Ben ikut masuk dan mengambil barang-barang berharga. Padahal, Ben itu tajir!! Walaupun dia tajir, anak baik-baik (awalnya), dan pandai, Ben dijatuhi hukuman 5 tahun penjara pada akhirnya.

So, guys. That’s the truth. Pengaruh teman itu luar biasa, bahkan bisa lebih dari pengaruh keluarga sendiri. Sounds crazy, but that’s all!!

Kalau kita memang punya teman yang memberi pengaruh negatif, meninggalkan mereka bukan pilihan yang bagus dan gampang, apalagi kalau pada dasarnya kita udah klop banget sama temen kita itu. Memang salah kalau kita tetap berteman dengan mereka, tapi akan sulit kalau kita pergi ninggalin mereka. Untuk merubah pengaruh mereka, yang kita perlu lakukan adalah merubah diri kita dulu.

Memang jauh lebih susah. Kita akan dianggap aneh, idiot, dan ditolak. Tapi percaya deh. Kalau kita niat berubah, mereka nggak akan melihat itu sebagai hal yang nggak wajar. Justru, perlahan-lahan, mereka akan ikut berubah seperti kita. Jadilah elang dan bukan domba. Kalau kita berubah diri kita, dunia luar kita (lingkungan dan teman) akan ikut berubah, itu kuncinya.

Hal lain, jangan takut bilang tidak. Aku sudah pernah merasakan nggak enaknya melakukan hal-hal yang aku sendiri nggak mau melakukannya. Mendengarkan kata hati itu penting, loh...

Nah, guys, sekarang aku sudah bisa memilih teman yang baik. Temen sebangkuku kali ini, teman sehati dan paling absurd adalah cewek tomboi, pinter, dan rajin setengah mati. Kerjaannya belajar terus kalau ada waktu luang. Tapi anaknya juga asik buat diajak hangout dan curhat habis-habisan. Keren dah pokoknya. Mungkin bakal aku tampilin profilnya kali ya (kalau anaknya tahu aku bisa di cabik-cabik).

Oh, ya. Satu lagi, guys. Walaupun temen kita udah positif (kayak temenku tadi), kita tetep aja nggak bakal berubah kalau kita sendiri nggak mau berubah. Semester lalu aku salut banget sama temenku. Dia rajin belajar dan nilainya bagus-bagus. Tapi aku nggak berubah dan nggak mendorong diriku sendiri walaupun dia sering banget ngasih wejangan-wejangan yang memotivasi. Sekarang, tiap kali dia memotivasi, aku selalu mendengarkan dengan baik dan mendorong diriku sendiri untuk ikut termotivasi dan meniru hal-hal positif dari dia.

Nah, secuil pengalamanku itu sudah aku share ke kalian semua. Hope you get it, guys. Last question! Gimana teman kalian???

Regards,
Mel

Secrets of Successful Teens


Yes, sekitar tiga bulan yang lalu aku beli buku yang bagus banget, tapi baru dibaca seminggu ini dan belum selesai. Highly recomended banget buat para remaja yang pengen sukses di sekolah dan kehidupan luar sekolah!


Judulnya Secrets of Successful Teens oleh Adam Khoo dan Gary Lee. Kalau ada yang tahu buku ‘I Am Gifted, So Are You’, buku ini berasal dari pengarang yang sama. Isinya lengkap! Mulai dari uraian lengkap dan asik tentang kekuatan terpendam yang kita miliki, kekuatan keyakinan diri dan visualisasi, self-esteem, sekolah, cara menguasai pikiran untuk sukses, manfaat berpikir besar, pertemanan, hubungan dengan orang tua, dan cara-cara berprestasi di sekolah yang dikemas secara unik dan seru.

Buku ini memotivasi sekali. Bahasanya gampang dicerna dan mengena buat para remaja. Ada contoh-contoh nyata yang bikin kita mangap karena kaget dan nggak percaya, tapi langsung bikin kita senyum dan percaya diri. Asik banget deh pokoknya. Ada latihan-latihan pembuktiannya juga, yang bikin kita mikir dua kali untuk membalik ke halaman selanjutnya.

Then, yang paling penting, guys, buku ini punya sederet informasi dan jawaban atas segala macam pertanyaan absurd kita.

Sedikit informasi, di dalem buku ini ada keterangan tentang program ‘I Am Gifted’-nya Adam Khoo. Itu semacam perkemahan yang memisahkan anak dari ‘kenyamanan’ hidup supaya bisa menghadapi perubahan dan berpikir kreatif dan kritis. Kayaknya asik, aku pengen ikutan. Waktu googling, perkemahan macam ini adanya di Singapura dan aku nggak tahu biayanya berapa. Kalau sudah tahu bakal aku share di sini.

Kalau kita ke toko buku, Gramedia, misalnya, ada bagusnya kita ke bagian Pengembangan Diri dan nyari buku ini. Suer, deh. Nggak nyesel beli buku ini. Waktu aku beli, aku cuma bawa seratus ribu aja buat beli novel baru. Tapi pas ngelihat isi buku ini, aku rela nggak beli novel dan menghabiskan tiga perempat uangku untuk buku Adam Khoo ini. Harganya sekitar tujuh puluh ribu (kalau nggak salah 72.000). Memang agak mahal untuk kantong pelajar, apalagi duit segitu buat beli buku. Tapi sekali aja, guys, beli buku ini dan rasakan api yang membara di perut kalian pada tiap halamannya.

Happy hunting and reading, friends.

Regards,
Mel

Batu yang Digeser atau Diloncati?



Akhirnya, dengan segala kedewasaanku yang masih pas-pasan, aku mau nge-pos sesuatu yang aku anggap agak penting (mengingat semua post di blog ini nggak penting!). Berdasarkan judul diatas, aku mau bahas tentaaaaangggg: BATU YANG DIGESER ATAU DI LONCATI!


Emang judulnya agak nggak jelas ya. Pertama-tama aku mau curhat dulu nih. Setelah UNAS dan mendapatkan hasilnya (syukur kepada Tuhan aku dapet 38,35), banyak temen-temenku yang protes di Twitter. Contoh tweetnya: “Kok nggak adil gini sih?”

Apanya yang nggak adil?! Pas baca itu aku heran, kaget, spechless, dan mikir, mana nggak adil, mana nggak adil (tuh kan mulai ngelantur!). Dan setelah baca tweet-tweet selanjutnya, aku mulai tahu, dimana letak ketidakadilannya.

Yang bikin tweet tadi adalah anak pinter, sekelas sama aku. Dia dapet danem sekitar 37,berapagitu. Alasan dia bikin tweet macam itu karena dia kaget banyak anak dengan kemampuan dibawahnya dapet danem yang jauh lebih tinggi dari dia. Dimana letak ketidakadilannya? Semua orang juga tahu taktik apa yang dipakai manusia-manusia berpredikat pelajar untuk mendapatkan danem yang segitu gedenya. Nggak ada yang bisa memungkiri kadang kita pengen, tapi ingat! Kita masih punya Tuhan yang membantu kita.

Sungguh ironis! Protes-protes bertema ketidakadilan itu sangat banyak dan menyentuh kupingku. Aku sendiri nggak merasakan ketidakadilan. Bukannya nggak tahu, melainkan aku menolak tahu. Pas ngelihat banyak temen-temenku yang danemnya lebih bagus dari aku, sama sekali nggak ada perasaan tersaingi yang aku rasakan! Sumpah! Kenapa aku bisa begitu santai melihat banyak temen-temenku yang danemnya lebih gede dari danemku? Karena aku tidak melihat nilaiku berdasarkan nilai orang lain. Aku melihat nilaiku berdasarkan TARGETKU SENDIRI. Aku lebih puas, lebih senang, dan bisa lebih bersyukur. Gitu aja! Simpel, kan?

Ada yang tahu kenapa aku bisa melihat nilaiku dari sudut pandang yang berbeda? Begini sejarahnya!

Selesai UNAS hari pertama, aku cerita ke papaku yang paling ganteng sejagat. “Pa, kalau nilaiku jelek gimana?”

“Pesimis?” gumam papaku.

“Bukan pesimis. Tapi yang lain pada jago-jago.”

“Jago apanya?”

“Itunya.... (censored, ya. Kalian pasti tahu.)” kataku pelan.

Lalu papaku mengambil bolpoin dan membuat garis yang panjang. “Anggap garis ini adalah jalan jauh,” katanya. “Kamu lari kenceng banget dari ujung sini sampai ujung satunya. Lalu tiba-tiba ada batu gede banget di depanmu. Otomatis, kamu harus berhenti dulu dan menggeser batunya pelan-pelan.”

“Aku loncat aja, Pa.”

“Orang kok minta praktisnya aja,” balas papaku. “Dengan menggeser batunya pelan-pelan, jalanmu bakal lebih luas, ototmu makin terasah dan makin kuat, sehingga kalau nanti ada batu lagi, kamu bisa melewatinya dengan gampang. Bayangkan kalau kamu loncat. Loncat itu butuh keberanian dan perhitungan yang tepat supaya nggak jatuh. Tapi kalau mereka sekedar handal dan tidak terlatih, pada saat ada batu lain, mereka bakal jatuh karena mereka lompat.”

Aku terpaku.

“Kamu ngerti?”

Aku mengangguk ragu-ragu.

“Artinya, kalau kamu mau sukses dijalan panjang tadi, kamu harus banyak berlatih. Latihannya ya dengan mendorong batu itu. Kamu mungkin bisa loncat dengan mudah dan melewati batu itu dengan cepat tanpa perlu memakan banyak tenaga. Tapi pada saat kamu menemukan batu yang lebih besar dan lebih tinggi, kamu mau lompat juga? Bisa-bisa kamu patah tulang saking tingginya tuh batu. Harus digeser, pelan-pelan. Butuh usaha, kan? tapi kamu nggak bakal jatuh atau patah tulang. Jalan kan nggak ada ujungnya, itu tandanya kehidupanmu masih panjang.”

Aku mengangguk-angguk lagi. Mudah-mudahan papaku ngira aku ngerti.

“UNAS kali ini bukan finalnya, tapi salah satu jalan kamu mendapatkan finalnya,” lanjut papaku.

Teman-teman, aku sebagai anaknya papaku nggak tahu kalau papaku sangat filosofis kayak gitu. Bawaannya papaku kan ceria banget, jadi pas ngomong serius gitu aku bertanya-tanya: nih orang bener papaku? Hush, kurang ajar Meel ini.

Lanjut aja, aku nggak perlu menjelaskan lagi pendapat papaku tadi. Kalian pasti bisa ngerti sendiri. Jadi, kalau nemu batu, kalian mau nggeser atau loncat? Terserah kalian.

Ada satu quote yang aku bikin pas aku lagi meratapi kebodohanku. Ini dia:
What we do builds what we get. Bagi yang nggak tahu artinya... cari di Google Translate.

Sekian dari Meel,
Salam pelajar Indonesia (muach!)

Ketika Sahabat Jadi Lebih dari Sekedar Sahabat


Topik ini punya perjalanan yang agak unik. Awalnya aku inget-inget, kenapa aku suka sama orang yang aku taksir sekarang. Dan setelah inget, ternyata alasannya simpel: aku suka dia karena kami udah temenan lama dan selalu punya waktu khusus buat ngobrol.

Udah temenan lama! Sahabatan jadi cinta. Klise nggak? Bagiku iya.


Banyak kasus, dimana dua remaja, cowok dan cewek, sahabatan lalu pacaran. Atau minimal saling suka, atau yang lebih minimal, salah satu diantara mereka suka. Itu klise, dan normal! Tapi yang aku tanyakan di sini adalah, kenapa?! Kenapa bisa saling suka macam itu?

Berdasarkan pengalamanku sendiri, aku suka sama sahabatku itu adalah karena kami temenan udah lama banget. Kami juga nyambung ngobrol, dan dia itu orang yang luar biasa. Omongannya nggak ketebak, dia juga pribadi yang dari luar kelihatan cuek, bikin gemes, dan pendiam. Tapi kalau udah kenal dekat, dia itu cerewet, suka bercanda, dan punya selera humor yang bagus. Lama-lama kalau di deket dia itu aku jadi sering ketawa, aku jadi punya banyak pengetahuan yang bagus-bagus, dan itu aku dapet dari dia. Pokoknya bagiku dia luar biasa. Ajaibnya, Tuhan memberikan aku satu waktu khusus sama dia. Dan nggak bakal ada siapa-siapa selain kami berdua. Di sekolah, aku dan dia kayak temenan biasa. Bahkan nggak kelihatan kayak temen deket. Tapi pas diluar sekolah, dia jadi baik banget. Dia mau nemenin aku jalan-jalan, nemenin aku beli novel, nemenin beli makan. Dan hal-hal lainnya.

Jadi, berdasarkan pengalamanku sendiri, sahabat yang jadi pacar itu wajar. Secara mereka sahabatan, pasti mereka saling mengenal dengan sangat baik. Kalau sahabat pasti nyambung diajak ngomong, udah gitu pasti saling perhatian. Jadi klise aja kalau sahabat jadi pacar.

Nggak enaknya adalah kesulitan mengungkapkan. Kalau aku sendiri, aku nggak berani mengungkapkan perasaanku selagi aku nggak tahu perasaan sahabatku. Daripada ditolak (tapi sebenernya bukan ini poinnya) aku lebih milih memendam perasaan ini sendirian. Kalau dia tahu, tapi dia nggak suka sama aku, otomatis hubungan sahabat itu bakal berubah. Pasti ada kecanggungan, dan itu nggak bakal sama lagi kayak dulu. Kalau dulu sering bercanda, sekarang pasti sama-sama ingin menghindar. Antara malu, perasaan nggak enak, dan lain-lain.

Jadi intinya gimana kalau kita suka sama sahabat kita? Sebagai cewek, aku hanya ngasih sinyal-sinyal. Itu pun nggak terlalu kentara. Biasanya, aku hanya minta dia nemenin, aku juga menanggapi obrolan dia, dan hal-hal kecil lainnya. Aku tahu kemungkinan dia nangkep sinyal itu kecil banget, tapi itu nggak masalah. Aku suka ngasih perhatianku ke dia, dan aku bahagia dia menanggapi perhatianku, malah kadang membalas perhatian yang aku kasih ke dia, walaupun dengan cara yang bikin aku agak sebel.

Tapi aku bahagia, dengan cara yang sederhana. Pada dasarnya, alasanku mencintai dia bukan untuk pacaran (walaupun tiap malem juga aku berdoa kayak gitu), tapi karena aku cinta. Itu saja. Aku cinta dia dengan caraku sendiri, tidak berlebihan, walaupun satu-satunya cinta yang aku punya adalah sepenuhnya miliknya. Apakah kita harus marah karena dia tidak mencintai kita? Aku rasa nggak. Aku punya keyakinan sendiri bahwa cintaku ke dia itu besar, dan jika Tuhan tidak menginginkanku dengannya, pasti Tuhan akan memberikan yang lebih baik darinya. Tapi sebelum itu, aku tulus ke dia.

Teens, aku nggak pernah tahu kenapa temen-temenku hobi gonta-ganti pacar. Aku nggak yakin mereka cinta. Karena pada dasarnya, cinta itu bakal terpatri kuat di hati. Dan tidak mudah melupakan cinta yang dulu. Aku perlu waktu dua tahun buat ngelupain cinta pertamaku, dan menggantinya dengan sahabatku yang sekarang. Satu saja keyakinanku, kalaupun nanti cintaku nggak terbalas, aku ikhlas, luar biasa ikhlas. Karena, kita nggak bisa mencintai kalau kita takut sakit dan tertolak. Satu lagi alasanku nggak mengungkapkan perasaanku ke dia, karena aku lebih memilih persahabatanku dengannya. Aku juga lebih suka melihat dia memandangku sebagai sahabat. Aku lebih nggak kuat kalau melihat dia tahu aku sayang dia, tapi dia perlahan menjauh.

Selagi hubungan sahabat bisa mendekatkanku dengannya, aku lebih rela tidak menjadi pacarnya. Itu saja.

Yah, segitu dulu deh malem ini.

Regards, Mel

Dilema Seorang Penggemar Rahasia


It's love again. Jangan bosen, tapi cinta selalu menarik untuk dibahas.


Penggemar rahasia, bagi aku, identik dengan mencintai secara sembunyi-sembunyi. Dia, sang penggemar rahasia, akan mencintai orang yang ia cintai secara diam-diam, tanpa diketahui siapapun. Mungkin ada beberapa yang pedekate dan akhirnya menyatakan cintanya. Atau secara frontal mengungkapkan cintanya tanpa melalui pedekate. It’s okay. Kalaupun jadinya pacaran atau nggak, nah itu urusan belakangan.

Seperti agen rahasia, penggemar rahasia juga suka memata-matai orang yang ia cintai. Biasanya, ia akan banyak mengetahui hal-hal kecil dari orang yang dicintainya. Apa kesukaannya, siapa yang menjemput sekolah, siapa aja mantannya, kelakuannya di rumah kayak apa, punya penyakit apaan, tidur jam berapa, sampai jadwal boker mungkin aja dia tahu. Selain memata-matai, penggemar rahasia biasanya dekat dengan sahabat orang yang ia cintai. Jadi dia bisa mengorek informasi dari si sahabat tadi. Atau, yang paling sering terjadi di kalangan siswa sekolahan (dan berdasarkan pengamatan serta pengalaman aku sendiri), penggemar rahasia bakalan suka menguntit.

Satu lagi sikap penggemar rahasia. Yang ini sangat lazim dan banyak terjadi berdasarkan arus teknologi yang masuk. Timeline twitter si penggemar rahasia akan penuh dengan catatan-catatan yang nggak penting, tapi nyerempet dengan orang yang ia cintai. Misalnya mereka baru pas-pasan di jalan. Maka tweet yang normal yang akan ia buat adalah: “Begitu melihat kamu berjalan menjauh dariku, aku hanya bisa diam, tak kuasa memanggilmu.” Cielah, kayak gitu deh. Atau buku-bukunya bakalan penuh dengan isi hatinya, bentuk lain dari surat cinta yang nggak berani dia kasih. Pada beberapa kasus lain, penggemar rahasia yang mentalnya lebih tebal akan memberikan surat itu.

Gambar! Bagi yang bisa gambar, buku/foto di twitter mereka akan penuh dengan hasil karya mahabesar mereka. Yang tentu saja, isinya adalah gambar mereka berdua, bergandengan tangan, duduk berdua di taman, atau hal lain hasil fantasi mereka yang tak bisa terjadi di dunia nyata.

Ironis sekali karena biasanya penggemar rahasia akan berusaha menghubungi orang yang mereka cintai, tapi nggak jadi. Misalnya udah punya nomer hp, pin BB, atau akun twitter si doi, tapi mereka cuma memandangi saja, tanpa berani SMS, telfon, nge-invite, atau nge-follow. Mereka takut, dan itu maklum bagi seorang penggemar rahasia.

Penggemar rahasia nggak bisa melawan waktu. Semua manusia nggak bisa. Pada akhirnya, karena kelamaan mengintai dan hanya memandangi saja tanpa melakukan apa-apa, mereka kehabisan waktu mereka. Si doi toh bakalan melanjutkan hidup mereka, berpisah dari sang penggemar rahasia. Misalnya udah lulus SMP, dan ternyata mereka nggak satu SMA. Maka berakhirlah masa pengintaian intensif yang dilakukan selama ini. Pada awalnya si doi jomblo, tapi karena penggemar rahasianya tidak bertindak, maka seseorang akan mendahului. Dan ironis karena si doi akhirnya pacaran dengan orang lain.

Yang bisa dilakukan penggemar rahasia hanya berkaca. Menyesali kenapa ia tak segera bertindak. Dan tentu saja, mendoakan. Mendoakan semoga si doi bahagia dengan orang pilihannya. Penggemar rahasia yang tak menyatakan cintanya hanya bisa berharap cintanya bakal hilang seiring dengan waktu. Dan tentu saja menyadari bahwa Tuhan mungkin merencanakan sesuatu yang lain. Bahwa mungkin si doi bukan untuk mereka, tapi mereka akan mendapat sesuatu yang lain. Penggemar rahasia, pada akhirnya, hanya akan merelakan kepergian sang kekasih hati yang tak termiliki, dan menerima takdir Tuhan. Merelakan dan menerima.

Salam untuk semua penggemar rahasia di dunia,
Mel

Teman-Teman, Mari Kita Move On


Ada seorang temenku yang punya masalah perkara cinta, anggap aja nama temenku itu Nani. Jadi dia punya pacar, namanya (misal) Joko. Joko mutusin Nani dan pacaran sama cewek lain, yang notabene adalah sahabatnya Nani.

Kejadian putus itu terjadi sekitar 7 bulan yang lalu. Tapi sampai sekarang Nani belum bisa ngelupai Joko. Dia selalu curhat sama aku dan bilang kalau dia masih sayang sama Joko. Ironisnya, Joko masih aktif ngontak dia. Alhasil, semakin sulit bagi Nani untuk melupakan Joko.

Nani jadi hobi ngirimin SMS yang (sumpah!) nggak jelas banget! Contohnya dia SMS kayak gini: “I hope you say it, that you love me more than anything.” Lah? Joko kan udah mutusin dia, tandanya memang sudah nggak ada cinta lagi. Pernah juga dia SMS, “Transformer, film pertama yang kita bahas.” Gila! Nih update status ato gimana sih? Kalau lagi facebook-an sama aku, dia juga masih sering buka profile si Joko.

Hanya ada satu pertanyaan buat Nani: niat nggak sih ngelupain Joko?!

Memang ada beberapa faktor yang membuat kita sulit move on. Misalnya karena kita terlalu nyaman sama dia, sehingga kita menganggap tak ada orang lain yang sama kayak dia. Ujungnya, kita malah males kenalan sama orang baru.

 

Kedua, teknologi yang terlalu canggih. Asik main twitter, tiba-tiba tweet dia masuk timeline kita. Kita jadi keinget dia lagi, deh...

Faktor lain adalah kita punya banyak kenangan sama dia. Hubungan yang terlalu lama membuat segala hal terasa ada hubungannya sama dia.

Kegiatan masih mengharuskan kita untuk ketemu sama dia? Ini juga sulit. Apa daya kita untuk melupakan dia kalau tiap hari kita masih harus ketemu dia?

Dengan faktor-faktor demikian, melupakan adalah hal yang sulit. Tapi bisa jadi nggak sulit kalau memang kita niat melakukannya. Misalnya dengan mempersibuk diri. Belajar lebih giat, rajin ikut tambahan pelajaran di sekolah, belajar masak, baca novel dan komik, jalan-jalan, dan sediakan waktu untuk me-time.

Cara ampuh lain adalah hapus dia dari gadget kita. Buang semua SMS dan email dari dia. Kalau perlu sekalian aja hapus nomernya dari phonebook kita, atau hapus kontak BBM-nya sekalian. Jangan lihat profile facebook dan twitternya! Dosa besar!

Adele dan Bruno Mars emang punya lagu yang keren-keren. Tapi pada saat-saat seperti ini, ada baiknya untuk tidak mendengarkan lagu mereka dulu. Takutnya nanti kita malah tambah galau. Dengarkan genre musik yang berbeda. Metal-nya Avenged Sevenfold misalnya.

 

 

Curhat, curhat, curhat! Teman dan sahabat kita adalah tempat curhat paling enak sedunia. Perasaan pasti terasa lebih ringan.

Cowok nggak cuma dia seorang! Bersegeralah kamu mencari gebetan baru.

Cara apapun yang kita lakukan untuk melupakan dia nggak bakal berhasil selagi kita masih hobi menghubung-hubungkan segala hal dengan dia. Niat dari hati, guys, bukan dari bibir!

Regards,
Mel

When We Meet a Heartbreaker Guy, We Should...


This is about love. Yep, that love. Cinta yang itu... Simple but real, a heartbreaker guy...

 

Nggak tahu gimana sejarahnya, tapi cowok-cowok heartbreaker ini memang selalu kelihatan lebih oke dari pada cowok-cowok yang nice and good. Mereka lebih cool dan (sumpah!) charming banget! Mereka seakan punya daya tarik tersendiri, yang pastinya bikin cewek-cewek klepek-klepek.

Cowok heartbreaker tampil dengan gaya oke, kepribadian menarik (lucu, humoris, supel dan nggak gampang canggung), serta bikin cewek gemes. Mereka membuat tren mereka sendiri dan tahu gimana memperlakukan cewek. Mereka juga menantang bagi sebagian besar cewek, sehingga cewek manapun yang jadi pacarnya pasti bangga. Banyak juga alasan lain yang bikin cowok heartbreaker dipuja-puja, misalnya karena cowok heartbreaker nggak jaim, sulit ketebak (sehingga bikin sang cewek penasaran), pintar memanjakan cewek, dan sifatnya cowok banget!

Jadi pacarnya seoarang heartbreaker mewajibkan sang cewek untuk punya kesabaran layaknya seorang ibu yang punya anak durhaka. Jelas sekali bahwa sang cewek nggak boleh marah saat melihat cowoknya deket sama seorang cewek (karena memang itulah sifatnya cowok heartbreaker). Kebanyakan marah (apalagi kalau menunjukkan sifat jealous yang berlebihan) justru membuat sang cowok pergi. Udah nggak kuat lama-lama pacaran? Putuskan saja. Stop hurting yourself! Buat apa survive sama orang yang membuat kita sakit hati?

Selain cowok heartbreaker, aku punya satu pertanyaan. Apakah seorang heartbreaker itu juga termasuk playboy?

Dari ciri-ciri diatas, playboy adalah heartbreaker, tapi kayaknya heartbreaker belum tentu playboy. Kenapa? Aku ambil contoh simpel dari kehidupan nyataku. Aku naksir cowok yang punya segudang cewek yang memuja-muja dia, tapi dia nggak tahu kalau dia itu punya banyak penggemar. Anaknya mungkin baru pacaran sekali (aku sendiri kurang ngerti). Dengan sifatnya yang easy going dan nggak pernah serius kalau perkara cewek, banyak cewek yang naksir dia terpaksa mundur. Ini karena dia nggak pernah ngasih tanda-tanda kalau dia juga naksir cewek itu. Artinya, dia adalah seorang heartbreaker, walaupun dia sendiri nggak sadar dia udah nge-break banyak hati cewek. Sedangkan playboy, dengan sikapnya yang gonta-ganti cewek, udah pasti dia adalah seorang heartbreaker.

Intinya, playboy adalah heartbreaker, sedangkan heartbreaker belum tentu playboy.

Nah, sesuai sama judul diatas, when we meet a heartbreaker guy, what should we do??

Jika aku dihadapkan dengan pertanyaan seperti itu, aku akan jawab: survive atau putus! Aku bakal tetep survive, bertahan sama dia, hanya kalau aku yakin aku memang bisa bertahan kalau aku terus pacaran sama dia. Tapi aku bakal mutusin dia, kalau memang aku tersakiti dan aku nggak mau menyakiti diriku sendiri dengan memaksakan hatiku tetap bersama dia. Woy, cowok nggak cuma dia seorang!


Get it, gals?

Mel

Life is Too Short To Make a Stupid Choice

Kapan hari aku baca koran. Di cover paling depan ada gambarnya suporter bola tawuran. Tapi judulnya bikin aku mau nangis. Suporter bola meninggal. Mending kalau cuma satu, tapi ini ada empat (atau mungkin lebih) dan belasan orang luka-luka (ringan ataupun berat).


Yang bikin itu lebih menyakitkan adalah mereka meninggal karena tingkah mereka yang memalukan. Mereka naik ke atas gerbong kereta api (perjalanan dari Bojonegoro ke Surabaya). Dua diantaranya kena  palang kereta, satu jatuh, satu lagi kecantol kabel telepon. Dan mereka meninggal dalam kondisi yang mengenaskan. Belasan luka-luka karena tawuran di Lamongan, bahkan ada yang meninggal (atau luka parah, ya? Aku agak lupa) karena kena lemparan benda keras di kepalanya. Ironisnya, banyak korban yang umurnya di bawah tujuh belas tahun.


Sampai sekarang aku nggak ngerti jalan pikiran mereka. Aku juga ngefans fanatik sama Justin Bieber, Selena Gomez, Taylor Swift, Jessie J, David Archuleta, bahkan band metal Avenged Sevenfold dan banyak lagi. Dan saat mereka manggung di Jakarta, aku yang berdomisili di Surabaya biasa aja tuh walaupun nggak bisa nonton mereka. Masalahnya, kenapa mereka bisa lebay banget sampai bela-belain ke Bojonegoro dan menyebabkan kematian terhadap diri mereka sendiri.

Istilahnya begini. Aku nggak bisa nonton penyanyi favoritku karena memang nggak tahu gimana caranya bisa sampai di Jakarta. Mungkin gampang, naik aja kereta. Tapi pas udah sampai di stasiunnya, aku harus gimana? Nah, lo! Aku nggak tahu perkara itu. Lagian tiket konsernya mahal. Aku pasti seneng banget kalau bisa dateng. Tapi jelas aku harus minta uang sama ortu. Perkaranya, aku nggak enak minta uang buat hal yang nggak penting kayak gitu.

To the point aja. Kalau memang nggak punya transport (atau uang untuk biaya transport) kenapa harus memaksakan dateng ke Bojonegoro? Toh di TV juga ditanyangkan pertandingan itu. Kenapa harus pakai transportasi yang berbahaya? Kenapa nggak bawa motor sendiri aja? Emang sih berpotensi ambeien, tapi jelas lebih aman, kan (yang ini khusus buat yang udah ada SIM)!

Aku pernah pulang malem karena ada deadline pembuatan majalah sekolah. Kebetulah aku pemimpin redaksinya. Sama kakak kelasku yang udah SMA, aku dianterin pulang (padahal rumahku jauh banget). Sampai di rumah, dia salaman sama ortuku dan langsung pulang karena pas itu emang udah malem. Papaku langsung bilang, “Jarang ya ada cowok SMA kayak gitu. Jaman sekarang kan ABG pada ngira dia nggak bisa mati. Makanya tingkahnya aneh-aneh.”

Sekarang aku jadi ngerenungin sendiri kata-katanya papaku. Ada benernya juga. ABG jaman sekarang bertingkah seolah mereka nggak bisa mati. Padahal tingkah mereka berpotensi menyebabkan mereka mati.

Anehnya, mereka ngaku mereka udah gede, tapi otaknya sama sekali kolot. Kenapa tidak berpikir rasional? Apa mereka segitu bodohnya sampai nggak tahu kalau naik ke atas gerbong kereta itu bahaya?

Semua hanya berawal dari satu kata: biasa aja, dong! Mereka tetap bisa jadi fans tim bola tanpa harus melakukan itu semua. Mereka bisa tetap mendukung timnya tanpa harus datang ke stadionnya. Tinggal liat TV aja di rumah, dan berdoa. Adekku salah satu contoh nyatanya. Selagi pertandingan itu ada di TV, dia nggak bakal dateng ke stadionnya. Kalau ada di luar kota, dia cukup lihat dari TV atau dengerin radio. Kalau tidak ditayangkan di TV dan nggak diliput di radio, sementara pertandingan itu ada di Surabaya, adekku baru nonton. Tapi kalau nggak ada di Surabaya, dia beli koran besok paginya.


See? Adekku yang masih 11 tahun aja ngeh, padahal dia juga sama fanatiknya. Kenapa cari yang ribet kalau ada simpelnya? Kenapa cari capek, kenapa cari bahaya, kenapa cari mati? Di sisi itu, ada pilihan lain yang justru harus di lirik.

LIFE IS TOO SHORT. THERE’S MANY CHOICES, BUT THERE’S NO STUPID CHOICE. YOU MAKE YOUR OWN CHOICE..

Mel, with love

Aduh, Goblok!!

Oh, judul di atas kok sadis banget, ya?


Well, jadi begini. Di suatu ada pertandingan bola antara Persebaya Surabaya dengan Persibo Bojonegoro. Sialnya, Persebaya kalah!! Aduh, agak sebel gimana gitu...


Tapi bukan topik itu yang mau aku angkat. Pas tadi Persebaya kebobolan, adekku spontan bilang, “Aduh!! Goblok!!” Aku agak kaget. Pasalnya, adek cowokku itu adalah tipe cowok manis dan nggak bakal ngomong kasar. Yah, walaupun tadi dia hanya mengumpat pelan sih...

Apa sepak bola itu juga bisa mengubah orang, ya? Adekku, misalnya. Kadang kalau emang lagi sebel banget baru dengan ngumpat-ngumpat begitu. Tapi kalau cuma sekedar bola? Masa sampai ngumpat-ngumpat segala??

Pasti nggak ada yang nggak tahu kalau Persebaya punya fans fanatik namanya BONEK alias Bondo Nekat (artinya berbekal nekat). Dari banyak temenku, nggak jarang yang mengklaim kalau mereka itu bonek. Yang aku tahu dari pengamatan sehari-hari, ada beberapa jenis bonek. Pertama, bonek manis yang ngefans Persebaya, tapi nggak terlalu fanatik dan bisa membatasi atau memproteksi dirinya dengan baik. Kedua, bonek yang fanatik abis sama Persebaya, rela ngorbanin apapun buat tim kesayangannya, tapi nggak mengikuti arus negatifnya. Ketiga, fanatik sama Persebaya, rela ngapain aja buat Persebaya (contoh relevannya adalah naik ke atas gerbong kereta), dan bisa terseret arus negatif dari bonak-bonek lainnya yang kebanyakan berasal dari orang-orang yang punya kehidupan keras jalanan.

Aku bukannya mau ngejek atau gimana. Pas papaku cerita asal usulnya nama Bonek, aku jelas salut. Karena itu ada hubungannya sama peristiwa 10 November jaman dulu (nggak perlu diceritain, kan?). Tapi apa yang terjadi saat ini adalah bukti nyata bahwa istilah bonek sudah disalahartikan. Kita boleh ngefans sama tim favorit, tapi jangan sampai aksi kita membahayakan banyak orang, bahkan diri kita sendiri. Konvoi nggak jelas, ngerusak bis tim lawan, sampai rela keluar kota dengan numpang gerbong kereta! Jelas! Jelas sama sekali bukan cara ngefans yang sehat.

Kenyataannya, bonek dikuasai sama cowok-cowok yang kehidupannya keras. Maaf sebelumnya, tapi nggak jarang dari mereka yang ngumpat-ngumpat sembarangan hingga memperngaruhi orang lain disekitarnya. Mungkin dari mereka merasa bahwa dengan ngumpat (alias ngomong yang kasar-kasar) akan membawa kelegaan tersendiri. Tapi kita lihat apa reaksi orang-orang yang berideologi berbeda dari mereka. Orang itu pasti berpikir, “Nih orang sopan amat, ya?”

Aku nggak bisa komen apa-apa. Kenyataan yang ada adalah bahwa bonek itu banyak dan sudah terlanjur punya cap jelek dari banyak orang, bahkan aku sendiri. Kadang, kalau ada yang nge-add facebookku dengan nama yang berembel-embel “Bonek”, dengan otomatis bakal aku abaikan. Begitu juga kalau ada yang nge-follow aku di twitter. Nggak jarang aku buka facebooknya temenku dan lihat statusnya yang nggak jelas dengan banyak omongan kasar. Kadang ditujukan buat pacar, temen, guru, dan yang lebih membuat aku marah adalah hal itu ditujukan kepada orang tua.


Intinya, aku nggak mau jelek-jelekin si bonek itu. Kalau memang mereka mau hidup dengan cara demikian, silakan. Yang jelas jangan buat yang baik jadi buruk. Kalau bisa, tolong yang baik-baik segera membaikkan mereka yang buruk. Mungkin ngefans sama tim bola itu adalah passion, tapi kalau berlebihan juga nggak sehat, apalagi dengan acara ngumpat-ngumpat segala. Bisa jadi tim yang difavoritkan itu justru nggak suka dengan cara fansnya menunjukkan kekaguman mereka. Batasi diri dengan baik. Cara paling efektifnya adalah mendekatkan diri kepada Tuhan. Ketenangan dari Tuhan itu nggak ada tandingannya, loh.

See? Jadi fans itu harus selalu mengekspresikan kekaguman mereka dengan cara-cara yang baik dan kreatif. Mungkin ngumpat itu tren, tapi itu nggak bagus. Lebih parahnya lagi kalau yang difavoritkan justru benci sama fansnya karena fansnya nggak bisa menjaga mulutnya. Cari cara yang kreatif: bikin grup di facebook, nobar di kafe, bikin acara khusus fans bola dengan biaya administrasi yang sangat sangat minim. Dengan begiitu yang ikut juga banyak. Kalau biaya administrasi yang terkumpul banyak, lumayan kalau di kasih ke panti asuhan. Semua dapet pahala, kan??

Who always with you,
Mel

Self Esteem and Positive Thinking


So glad I can write something here!! Have a nice day??

So, karena ini udah larut malam, maka dengan sangat ngantuk aku mau nge-share apa yang terjadi denganku pada suatu hari di dunia SMP. Hari itu adalah hari yang cukup berat. Pertama, aku bangun kesiangan (jam setengah 6 pagi!! Padahal aku sudah harus berangkat sekolah jam setengah 6!), untungnya masuknya nggak telat. Kedua, jadwalnya senam gembira. Sayangnya kondisiku lagi nggak gembira sama sekali. Alhasil, aku jadi nggak bisa menikmati senamnya. Ketiga, aku harus mengulang ujian elektroku! Padahal nilainya cuma kurang 5 poin aja!!!

Pulangnya, aku naik angkot (jarak rumahku ke sekolah sekitar 11 km. Bayangin kalau naik angkot dalam perjalanan kayak gitu, tipa hari, dengan matahari yang setia menyengat Surabaya!). Seperti biasanya, dua sahabat setiaku pas naik angkot, Sandy Naufal dan Agung Revianto (aku namakan geng ini The Bemo’s Soulmates. Bemo is Surabaya’s angkot, anyway), menemaniku pulang dan membuat saat-saat pulangku yang harusnya bahagia (karena kasur dan kebebasan sekolah serta ocehan guru) menjadi penyumbang ide menulisku saat ini.

Memang kalau aku mosting apapun ke blog ini selalu berdasarkan pengalaman pribadiku tiap harinya. Nah, ada omongannya Agung dan Sandy yang sebenernya agak bikin aku gimana gitu... Tapi aku nanggepin biasa aja (selalu stay cool)

“Mel? Matamu kekecilan tahu. Udah nggak ada tempatnya. Kepake buat badan semua,” kata si Agung.

“Tumbuh ke atas, Mel. Nggak ke samping,” timpal Sandy.

“Iya, Ndut...”

Nggak tahu kenapa, ya. Kalau ada yang manggil aku “gendut” aku tuh selalu biasa aja. Tapi kalau aku dibilang pendek, biasanya baru aku nimpuk tuh orang. Mungkin karena I’m a CUEK person, jadinya nggak pernah merhatiin badan. Mau gendut mau kurus, nggak peduli. Cuma kalau masalah tinggi badan, aku pengen banget tinggi. Impianku sih ngalahin tinggi badannya adek cowokku (dia lebih tinggi loh daripada aku, padahal di ADEKKU!). Jadi kalau ada yang bilang aku pendek, aku selalu bilang, “Someday I’ll be big enough so you can’t hit me...” sesuai sama lirik Mean-nya Taylor Swift. Atau aku bakal bilang, “Eh, Sandy. Kamu harusnya bersyukur bisa kenal aku. Kamu pernah nemu anak yang tumbuhnya selalu ke samping nggak pernah ke atas? Nggak, kan? Nanti kalau dah SMA kamu kangen aku loh...”

Terus mereka ketawa barengan sama aku.

Nah, disinilah yang pengen aku bagikan ke kalian, Teens! Positive thinking dan selalu berpikiran positif. Sekarang udah banyak loh buku terapi berpikiran positif untuk meningkatkan kesehatan, kesuksesan, prestasi, dan lain-lain. Nah, kalau di sini aku bakal menerangkan tentang beberapa hal. Selain berpikiran positif, aku bakal ngebahas soal self esteem, dan gimana menanggapi orang yang bilang kamu itu buruk (dengan cara yang cool tentu saja).

Apa itu self esteem????

Self esteem itu seberapa tinggi kita menilai, menghargai, dan menghormati diri kita sendiri. Ingatkan kalau sugesti pikiran itu sangat berpengaruh pada citra diri? Artinya kalau self esteem kita tinggi, maka citra kita bakal bagus juga. Nah, sedikit nyambungkan sama berpikiran positif?

Kalau katanya Pak Mack R. Douglas dalam bukunya How To Win with High Self Esteem, ada 6 alasan kenapa self esteem kita nggak tinggi (yang satunya agak lupa. Sorry, guys).

PERTAMA: CITRA DIRI SELALU NEGATIF
Maksudnya begini, misalnya aja kayak aku. Aku gendut dan pendek (jangan salah! Aku cantik, loh) dan banyak yang ngejek aku. Sebenernya aku bisa menanggapinya dengan dua cara. Pertama, aku bisa menanggapi itu dengan marah dan bersungut-sungut. Aku balas mengejek dan menjelek-jelekkannya. Tapi sadarkah kita kalau itu adalah bentuk lain kalau kita membenarkan ejekan mereka terhadap kita? Kedua, aku bisa biasa aja. Malah narsis dan jaya dengan kekuranganku itu. Artinya, kita memberikan sugesti kepada pikiran kita kalau kita spesial bahkan dengan kekurangan itu.

KEDUA: KRITIK ORANG TUA TERLALU BERLEBIHAN
Ini sebenernya tanda sayangnya ortu. Tapi kan kadang kita mikirnya nggak kayak gitu, ya? Jadi menanggapinya cukup dengan, “Oke, Mah. Aku usahakan ya... Semoga aku bisa lebih baik.”

KETIGA: KRITIK TERHADAP DIRI SENDIRI TERLALU BERLEBIHAN
Jangan karena kita ada kekurangan, terus kita merutuk diri kita sendiri. Niatnya supaya lebih terpacu, tapi kalau berlebihan, itu hanya akan jadi racun buat kita. Buat kiritikan standar: tidak terlalu berlebihan agar kita tidak terlalu sakit hati, tapi jangan terlalu mudah supaya kita ada motivasi untuk maju.

KEEMPAT: DIBANDINGKAN SECARA BERLEBIHAN (OVER BENER!)
Sering banger nih aku dibandingkan sama sepupuku yang otaknya canggih bener. Katanya, “Tuh lihat. Sekarang udah masuk SMA favorit. Nanti kamu harus kayak gitu loh... Makanya jangan males-males dong, Mel. Kerjaannya main laptop aja. Bentar lagi ujian. Belajar dong...” Nah, kira-kira begitu ocehannya mamaku. Jawabannya, “Iyah... Gampang. Udah Mama tenang aja. Pokoknya aku minta doanya aja. Aku berusaha sekuat tenaga...” Ampuh!!

KELIMA: SEMUA ORANG PENGEN KITA PERFECT
Katanya Jessie J: Nobody’s Perfect! Makanya, kalau ada yang menuntut sempurna, jangan pernah dijadikan beban. Jadikan aja itu sebagai motivasi yang bisa kamu penuhi kapan saja sesukamu. Toh, Tuhan menciptakan aku seperti ini. Masalah buat loe?? Hhee... Katanya Izzatul Jannah, kesempurnaan itu ada prosesnya. Maka  tempatkan kamu di proses ini, bukan di akhirnya. See??

Kelimapoint diatas bisa dikalahkan hanya dengan berpikiran positif. Sugesti kita sangatlah penting dalam proses kehidupan. Hilangkan semua pikiran negatif (aku nggak bisa melakukannya. At least, aku berhasil melakukan ini terhadap diri sendiri. Misalnya pas tadi aku remidi ujian, aku bilang ke diriku sendiri, “Emang aku rada lemah di pelajaran ini. Nggak papalah, kalau nggak remidi nilainya jelek dong di rapor?" Ganti sama pikiran positif yang sifatnya membangun.


Nggak ada yang berhak ngatur hidup kita selain kita sendiri dan orang tua. Orang tua pun hanya berperan pada prosesnya, sementara yang menentukan pilihan adalah kita. Malu deh kalau hanya karena ejekan nggak penting, potensi kita justru tenggelam.

Hidup ini indah sekali, Teens!

Warm Regards,
Mel

When Galau Make You Feel Bad

Hi, teens. Gimana semangatnya? Masih bagus?

Tadi pagi ada temenku yang curhat ke aku perkara cowok. Jadi cowok yang dia taksir itu ternyata nggak suka dia. Dia juga baru tahu setelah cowok itu jadian sama seorang cewek yang juga adik kelasku.

Ada lagi yang cerita kalau dia belum bisa ngelupain mantannya yang jelas-jelas sudah bohongin dia sampai ke ubun-ubun. Jelas banget tuh cowok udah selingkuh sama sahabatnya sendiri. Pas aku bilang, “Udah ikhlasin aja. Silakan kamu jatuh cinta lagi,” dia malah bilang. “Aku nggak yakin aku bisa jatuh cinta lagi.”

Lain lagi sama yang ini. Dia suka sama cowok, tapi nggak pernah punya keberanian buat mengungkapkan perasaannya. Alasannya simpel: dia takut ditolak!! Waleh... Nih cemen namanya.

Ada juga nih yang lebih lucu. Udah lama banget suka sama cowok, tapi dia belum tahu tuh cowok suka sama dia atau nggak. Kasus ini menimpa aku loh *curhat dikit*

This is my story!! Aku juga suka sama cowok (sangatlah tidak normal kalau aku nggak suka cowok saat usiaku sudah 15 tahun!!) Bedanya aku sama temen-temenku hanya satu: mereka terlalu memikirkan sakit hatinya mereka dan merasa galau, sementara aku nggak!

Galau! Kata ini sudah sangat populer sekarang. Dikit-dikit bilang galau, dikit-dikit bilang bimbang. Apaan sih galau itu? Aku nggak mau kasih definisi galau berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, ya. Tapi berdasarkan aku sendiri, galau adalah bimbang, gelisah, gundah, dan hal-hal sejenis lainnya.


Jadi kalau kita sambungkan sama kasus anak muda jaman sekarang (yang aku garisbawahi adalah perkara cinta remaja), galau kali ini bukan disebabkan karena masalah keluarga atau sekolah, tapi masalah pacar. Sakit hati karena putus, perasaan tergantung oleh orang yang dipuja, sampai cinta yang bertepuk sebelah tangan. Semuanya bikin galau sekarang!

Tiap kali buka twitter diatas jam sebelas malam, pemandanganku selalu sama. Timeline dipenuhi sama orang-orang yang cintanya tidak terbalaskan, berebut sudut untuk mencurahkan tragisnya kisah cinta mereka—yang rata-rata cintanya sudah terbuang oleh orang yang dipuja. Mulai dari quotes cinta, curhatan nggak jelas, sampai lirik lagu galau yang nggak jelas juga.

Pertama membaca, aku pikir mereka adalah orang yang teraniyaya karena cinta. Kasihan banget gitu... Tapi lama-lama aku mulai merasa ada yang dilebih-lebihkan.

Putus cinta itu hal yang lumrah dialami remaja. Aku bilang seperti ini karena sebagai remaja aku juga pernah patah hati—bukan putus cinta karena aku belum pernah menjalin hubungan cinta J.  Banyak seniman dapat inspirasi segar saat mereka lagi putus cinta. Taylor Swift, Lady Gaga, sampai Adam Levine yang nulis lagu saat galau.

Galau itu nikmat! Berkali-kali aku bikin kata-kata itu untuk status facebook. Sedih, bikin nangis, tapi semua pasti setuju kalau galau itu bikin ketagihan! Kenapa? Pas galau berarti kita lagi bimbang dan bingung. Akhirnya kita berusaha bikin fantasi-fantasi tentang segala kemungkinan yang bisa jadi jalan keluar atas alasan kita galau itu. Namanya juga manusia, berfantasi adalah hal yang bikin ketagihan!

Wajarlah galau karena dia yang kita cintai. Saat ia jauh dan kita nggak bisa melihatnya, kita galau. Saat ia tak juga mengirim SMS atau nge-BBM, kita galau. Saat tingkahnya aneh, kita galau. Intinya, galau bagi remaja adalah bukan hal aneh alias wajar! Yang nggak wajar adalah kalau kita menganggap kebahagian kita hilang seiring hilangnya dia, atau kalau kita menganggap kita nggak bakal bisa mencintai orang lain seperti kita mencintai dia. Hellooooo, jodoh nggak bakal kemana. Walaupun itu quotes lama, tapi aku tahu itu benar!

Wake up and let’s move on, Teens!!! Berharap sama seseorang itu boleh. Yang nggak boleh adalah kita terus berpikir kalau mereka juga memikirkan kita disaat kenyataan mengatakan hal yang berbeda. Jangan hanya berendam di kubangan kesedihan saat ia pergi meninggalkan kita atau karena ia sudah jarang kelihatan. Belum tentu ia memikirkan kita sesering kita memikirkan dia!

Coba pikirkan secara rasional dan realistis! Kalau dia memikirkan kita—atau minimal peduli dengan kita—ia akan memberikan kita kabar dan menanyakan kabar kita, bukan pergi seolah tak pernah terjadi apa-apa.

Silakan galau saat kalian mengalami masalah cinta, tapi nggak perlu sampai berlarut-larut. Galau itu memang nikmat, tapi kalau berlebihan hanya akan menjadi racun bagi hati kita. Mario Teguh bilang, kalau kalian sakit cinta, jangan pernah melupakan orang yang membuat kalian sakit. Karena dalam proses melupakan, kalian harus mengingat terlebih dahulu. Alternatifnya adalah mengikhlaskan mereka dan jatuh cinta lagi.

Biar aku curhat sedikit disini. Aku suka sama cowok. Namanya nggak aku sebutkan, ya... Takutnya dia baca tulisan ini... Jadi kita sering bareng-bareng. Kata orang jawa itu “witing tresna jalaran saka kulina”. Artinya: cinta itu tumbuh dari kebiasaan. Bener sih, aku sama dia emang terbiasa bareng. Cuma dia itu anaknya susah ditebak. Sikapnya ke aku biasa aja. Tapi kadang ada saat-saat dimana dia bikin aku kayak melayang di udara gitu. Pokoknya dia memang bikin aku bingung karena sikapnya. Temen-temennya sih bilang dia juga suka sama aku, tapi jelas dong aku nggak percaya sebelum dia sendiri yang bilang.

Nah, kenapa aku nggak pernah bilang aku suka dia alias nembak? Memang cinta itu harus diutarakan sebelum membusuk tidak terpakai. Tapi semua kembali pada prinsip masing-masing. Aku ini agak primitif, bagiku yang harusnya nembak itu cowok *iya, aku old lady banget*! Jadi aku pengen cowok yang berjuang buat aku. Tapi gimana aku menyikapi sikapnya dia yang bikin aku ngelayang nggak karuan itu? Being myself. Aku anaknya agak nggak ngeh sama urusan cinta—biasanya aku bisa memberikan saran cinta kepada temen, tapi nggak bisa mengaplikasikannya pada kehidupan cintaku sendiri. Hufh. Jadi caraku menyikapinya adalah dengan bersikap biasa-biasa aja.

Siapapun termasuk kita behak mencintai dan dicintai. Ayo, cari orang itu!! Jangan kelewatan galaunya.

Regards,
Mel

Anti Contek and The Bullies



Hello, teens!! Here’s Mel!!


Kapan hari sempet baca koran. Isinya perkara anak yang anti nyontek—mencontek atau menconteki. Timbullah satu pertanyaan sederhana. Pertanyaannya simpel aja: kok gini?
Biar aku uraikan. Disana tertulis anak anti contek itu:
  1.         Nggak punya temen
  2.         Dianggep sombong
  3.         Dianggep sok (sok pinter, sok jago, dan sok lain-lain)
  4.        Nantinya nggak bakal ada yang bantuin kalau dia lagi butuh bantuan
  5.         De-el-el...

Aku jadi mikir, kasian banget anak yang anti nyontek itu. Pertama, dia kayak dijauhin sama temen-temen, terus dikucilkan dan diasingkan dari dunia sosial, dan banyak perkara lainnya. Padahal kalau dia mau jadi anti nyontek kayak gitu kan pilihannya. Meskipun itu temen, bagiku adalah hal yang nggak sah kalau dia sampai mendiskriminasi orang yang anti nyontek. Toh, dia mau jadi apa juga pilihannya—termasuk kalau dia mau jadi anti contek.

Aku juga bukan orang yang anti nyontek. Aku nggak nyangkal kalau kadang ada dorongan untuk curang, termasuk pas ujian. Pengennya sih idealis, nggak nyontek. Kadang aku juga begitu sih... Nggak nyontek, tapi kalau ada yang tanya ya aku kasih tahu jawabannya. Meskipun begitu nggak jarang juga aku tanya jawaban ke orang lain. Bagiku itu lebih baik daripada full contek-contekkan. *lol

Intinya, orang yang anti contek itu jangan sampai terasing dari dunia sosial. Kita berpikir rasional saja. Mereka adalah mereka. Itu hidup mereka. Andaikata mereka nggak mau menconteki, ya sudah. Bukan hak kita memaksanya membagi jawaban. Mereka sudah belajar keras dan dengan seenaknya kita meminta jawabannya? Nggak semua orang mau... Kadang kalau suatu soal itu sulit banget dan ada yang tanya jawabannya ke aku, aku nggak bakal kasih jawaban itu. Apalagi kalau anak itu nggak mau bertanya jawaban ke anak lain, tapi mau membagi jawaban. Inilah tipeku (meskipun aku sering tanya jawaban ke anak lain juga, sih...). Jangan berpikir mereka sok pintar, tapi mereka sedang berusaha menjadi lebih baik dengan bersikap lebih idealis dan lebih jujur. Mending mana ngasih contekan atau minta sekaligus ngasih contekan?

Dear, Bullies... Siapapun dari kalian yang memperlakukan mereka dengan cara yang berbeda adalah bullies. Bagiku menyiksa mentalnya dengan mengasingkan mereka dari dunia sosial adalah satu dari sekian banyak tindakan bullying. Tahu nggak kalau bullying itu tindakan kriminal?? Wew...

Ini namanya apresiasiku kepada anti menyontek!! Aku mendukung gerakan kalian. Tapi maaf ya, karena sampai sekarang pun aku masih belum bisa menjadi seperti kalian. Doakan aku akan menjadi bagian dari kalian supaya aku bisa menjadi pemimpin yang jujur kelak.

Regards,
Mel

21.1.13

23:09

Sudah malem banget. Nggak bisa tidur, kepikiran kenapa akhir-akhir ini aku males banget belajar buat sekolah dan lain-lain. Kenapa nggak ada semangat buat belajar dan ngulang pelajaran di rumah? Padahal Tuhan udah baik banget ngasih aku sekolah yang bagus pol!

Capek kali, ya? Selama lima hari aktif di sekolah, aku harus pulang sekitar jam tujuh malem dan berangkat jam setengah 6!

Post kali ini nggak bakal ada artinya deh. Abis pengen nulis tapi bingung banget mau nulis apaan. Ini aja sambil dengeri video interview-nya Justin Bieber. Nggak ada kerjaan!!!

Ya udah segini aja, guys. Aku kehilangan inspirasi.

Love, Mel

16.1.13

What?


Ah, ya. Blog ini adalag blog lain setelah blog-blog yang sudah-sudah. Enggak tahu gimana ceritanya, blogku yang lama rusak. Hufh! God hates me..

Tapi ya sudah lah. Blog baruku punya nama baru: Mel's Talk. Kalau konsep yang sebelumnya diary, sekarang aku lebih suka istilah ngoceh. Tapi agak panjang dan dengan lebih banyak Random Thoughts. Bukan cuma masalah sekolah, cinta, dan sejeninsnya, tapi aku lebih pengen bisa ngebuka mata. Emang sih isinya masih sama nggak penting, tapi menulis itu kan baik!

Nb: Mungkin postingan di blog lama akan aku masukkan ke sini. Sekalian nambah-nambahin gitu. Jangan bosen, ya...

Well, enjoy the blog...

Love,
Mel