Pages

27.1.13

Ketika Sahabat Jadi Lebih dari Sekedar Sahabat


Topik ini punya perjalanan yang agak unik. Awalnya aku inget-inget, kenapa aku suka sama orang yang aku taksir sekarang. Dan setelah inget, ternyata alasannya simpel: aku suka dia karena kami udah temenan lama dan selalu punya waktu khusus buat ngobrol.

Udah temenan lama! Sahabatan jadi cinta. Klise nggak? Bagiku iya.


Banyak kasus, dimana dua remaja, cowok dan cewek, sahabatan lalu pacaran. Atau minimal saling suka, atau yang lebih minimal, salah satu diantara mereka suka. Itu klise, dan normal! Tapi yang aku tanyakan di sini adalah, kenapa?! Kenapa bisa saling suka macam itu?

Berdasarkan pengalamanku sendiri, aku suka sama sahabatku itu adalah karena kami temenan udah lama banget. Kami juga nyambung ngobrol, dan dia itu orang yang luar biasa. Omongannya nggak ketebak, dia juga pribadi yang dari luar kelihatan cuek, bikin gemes, dan pendiam. Tapi kalau udah kenal dekat, dia itu cerewet, suka bercanda, dan punya selera humor yang bagus. Lama-lama kalau di deket dia itu aku jadi sering ketawa, aku jadi punya banyak pengetahuan yang bagus-bagus, dan itu aku dapet dari dia. Pokoknya bagiku dia luar biasa. Ajaibnya, Tuhan memberikan aku satu waktu khusus sama dia. Dan nggak bakal ada siapa-siapa selain kami berdua. Di sekolah, aku dan dia kayak temenan biasa. Bahkan nggak kelihatan kayak temen deket. Tapi pas diluar sekolah, dia jadi baik banget. Dia mau nemenin aku jalan-jalan, nemenin aku beli novel, nemenin beli makan. Dan hal-hal lainnya.

Jadi, berdasarkan pengalamanku sendiri, sahabat yang jadi pacar itu wajar. Secara mereka sahabatan, pasti mereka saling mengenal dengan sangat baik. Kalau sahabat pasti nyambung diajak ngomong, udah gitu pasti saling perhatian. Jadi klise aja kalau sahabat jadi pacar.

Nggak enaknya adalah kesulitan mengungkapkan. Kalau aku sendiri, aku nggak berani mengungkapkan perasaanku selagi aku nggak tahu perasaan sahabatku. Daripada ditolak (tapi sebenernya bukan ini poinnya) aku lebih milih memendam perasaan ini sendirian. Kalau dia tahu, tapi dia nggak suka sama aku, otomatis hubungan sahabat itu bakal berubah. Pasti ada kecanggungan, dan itu nggak bakal sama lagi kayak dulu. Kalau dulu sering bercanda, sekarang pasti sama-sama ingin menghindar. Antara malu, perasaan nggak enak, dan lain-lain.

Jadi intinya gimana kalau kita suka sama sahabat kita? Sebagai cewek, aku hanya ngasih sinyal-sinyal. Itu pun nggak terlalu kentara. Biasanya, aku hanya minta dia nemenin, aku juga menanggapi obrolan dia, dan hal-hal kecil lainnya. Aku tahu kemungkinan dia nangkep sinyal itu kecil banget, tapi itu nggak masalah. Aku suka ngasih perhatianku ke dia, dan aku bahagia dia menanggapi perhatianku, malah kadang membalas perhatian yang aku kasih ke dia, walaupun dengan cara yang bikin aku agak sebel.

Tapi aku bahagia, dengan cara yang sederhana. Pada dasarnya, alasanku mencintai dia bukan untuk pacaran (walaupun tiap malem juga aku berdoa kayak gitu), tapi karena aku cinta. Itu saja. Aku cinta dia dengan caraku sendiri, tidak berlebihan, walaupun satu-satunya cinta yang aku punya adalah sepenuhnya miliknya. Apakah kita harus marah karena dia tidak mencintai kita? Aku rasa nggak. Aku punya keyakinan sendiri bahwa cintaku ke dia itu besar, dan jika Tuhan tidak menginginkanku dengannya, pasti Tuhan akan memberikan yang lebih baik darinya. Tapi sebelum itu, aku tulus ke dia.

Teens, aku nggak pernah tahu kenapa temen-temenku hobi gonta-ganti pacar. Aku nggak yakin mereka cinta. Karena pada dasarnya, cinta itu bakal terpatri kuat di hati. Dan tidak mudah melupakan cinta yang dulu. Aku perlu waktu dua tahun buat ngelupain cinta pertamaku, dan menggantinya dengan sahabatku yang sekarang. Satu saja keyakinanku, kalaupun nanti cintaku nggak terbalas, aku ikhlas, luar biasa ikhlas. Karena, kita nggak bisa mencintai kalau kita takut sakit dan tertolak. Satu lagi alasanku nggak mengungkapkan perasaanku ke dia, karena aku lebih memilih persahabatanku dengannya. Aku juga lebih suka melihat dia memandangku sebagai sahabat. Aku lebih nggak kuat kalau melihat dia tahu aku sayang dia, tapi dia perlahan menjauh.

Selagi hubungan sahabat bisa mendekatkanku dengannya, aku lebih rela tidak menjadi pacarnya. Itu saja.

Yah, segitu dulu deh malem ini.

Regards, Mel